Detik24jam,com

Cepat & Terpercaya

Pulo Lasman Simanjuntak Penulis Puisi yang Juga Seorang Wartawan

Loading

Detik24jam.com,Jakarta – Pulo Lasman Simanjuntak adalah penulis puisi, menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bulan Juli 1977.

Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini berturut-turut karya puisinya dimuat (dipublish) diberbagai media cetak, media online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.

Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 26 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

Saat ini beliau juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta, Penikmat Seni Budaya, Storia Sastra, Bengkel Narasi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan dan anggota Sastra Indonesia.

Beliau juga bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Ini adalah beberapa judul Puisi/Sajak yang beliau tulis:

MENULIS SAJAK DENGAN AIR LUMPUR

Menulis sajak dengan air lumpur
tubuhku harus turun perlahan
ke kaki-kaki bumi

Jaraknya dibatasi ribuan paralon
kadang tak puasa seharian
menelan perkakas biji besi

Sampai bersekutu
dengan kegelisahan
tak mandi matahari

Nyaris tiga tahun
aku buas memperkosa
apa saja binatang liar
yang menyusup dalam air tanah

Menulis sajak dengan air lumpur
tak kunjung selesai
sampai bait ketiga

Lalu kutebar kemarau
di area persawahan yang berkabut
baunya sangat membusuk

Racunnya tiba-tiba membentuk
sebuah ritual yang menyebalkan
sehingga kulitku gatal dan keruh
membabi buta siang dan malam

Maka menulis sajak dengan air lumpur
harus dituntaskan

Jakarta, Agustus 2023

PRIA TANPA KELAMIN

Pria tanpa kelamin
rajin menyapa
hujan sorehari
sambil tertidur pulas
menjelma jadi hewan pemalas

Dari atas ranjang tembaga
ditularkan ribuan kuman
tumbuh subur
dalam akar panas bumi
perlahan dimatikan
angan-angan terjebak di atas dahan

Setiap pergi pagi buta
ingin menembus belantara kota jakarta
hari-hari selanjutnya
makin mengerikan

Paru-parunya kini terinfeksi
bakteri takut dewa matahari
bahkan hatinya
hanya mengalahkan dua kali
semakin gelap
ingin pergi ke planet
dunia orang mati

Pria tanpa kelamin
memiliki sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seluruh rumah suci
tempat orang berdoa
mengumpulkan dosa
masa lalu paling menyakitkan

Pria tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangun lagi
tabur mawar
di tempat tidur penyakit menular
benar-benar liar

Apakah masih ada harapan
karena kemelaratan
berlanjut untuk waktu yang lama

Jakarta, Agustus 2023

RUMAH SAKIT BERTINGKAT

Dari muka tulisan suci
tubuhnya terus membengkak
berubah menjadi bangunan
rumah sakit bertingkat

Lalu menatap langit sepanjang hari
yang menelan
kuman diagnosis penyakit
menyebarkan
kesepian berdahak
dari perawan yang tidak memiliki sperma berkepanjangab

Jam berapa sekarang, tanyanya
bau infus telah menyebar
ke kuburan basah
air mata merah
kemarahan
telah menyebarkan kebohongan

“Jika kematianku datang, biarlah dibungkus dengan kain kafan tua, karena peti mati itu terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu

Lalu sebelum pulang
telah melewati ranjang kematian ini
tepat di bawah perutmu yang berlubang
disuntikkan ke dalam terowongan berair
tembus ke liang lahat
memang mengerikan!

Jakarta, Agustus 2023

KHOTBAH

Khotbah selama berabad-abad
sudah dipanggil
di atas mimbar tradisional
sampai ditelan dengan rakus
kelaparan media digital

Kami ingin berjalan pasti
menerobos langit merah ketiga
meskipun setiap jam berdentang
mengalahkan keras
kita tersesat
di pemukiman liar

Tidak bisa menyanyi lagi
sekitar lima ribu orang makan roti komuni
ikan terbang
benua orang-orang yang kesepian

Haruskah kita bermain sandiwara?
seluruh pesan surga
disampaikan berulang kali
di layar zoom
menyajikan segelas jeruk
di perut bumi

Sementara fashion kita benar-benar beku
terpukul keras oleh bulan
di bawah jembatan mobil terapung
trotoar jalan Kemerangan
air toilet

Aku tidak bisa lagi melanjutkan khotbah ini
karena harus bergegas
kembali ke rahim bumi
dengan tangan berkerudung
di sembilan mata angin
berjualan sangat membosankan

Jakarta, Agustus 2023

GENOSIDA

Di galeri seni kuno
terbagi menjadi empat penjuru kota
protes sejak pandemi merebak

Masih ada sejumlah file puisi yang terluka
dibagikan di meja pengadilan rakyat
entah sampai kapan bisa dinyanyikan
menjadi kemenangan

Penyair masih terkunci di dalam sangkar
bangunan cagar budaya juga dibakar
akan menjadi taman impian lautan yang lapar
hanya karya seni yang diciptakan saja
untuk mendapatkan keuntungan dari para kapitalis yang ganas

Sekarang mereka masih ketakutan
harus membayar tiket pertunjukan
dipanggil di tempat parkir
orang-orang yang lewat tidak peduli
bahkan suara petasan pun terdengar
di panggung tari tradisi panjang

Rumah budaya siapa ini, tanya seorang teman penyair yang baik
dia rajin tidur di tenda kematian
menatap bintang dan langit kehidupan dari layar kekeringan
hampir seperti tornado
membawanya terbang tinggi
ke negara-negara palsu

Aku hanya diam
memunculkan sejumlah pertanyaan abadi
bahwa aku harus memberitahu
di atas cawan penderitaan yang mencair
lapar akan kata juga
meniup harta karun

Jakarta, Agustus 2023

METAFORA TUBUH

Perjalanan ini kembali lumpuh !
padahal sudah diselimuti
tiang awan dan tiang api

Bersinarlah matahari
ritual tanah pagihari
menusuk cahayanya
pada perut dan kaki
lapar kembali lagi

“Lihatlah jantung kirinya makin membengkak seperti dia menjelma jadi binatang melata yang malas untuk tidur di kandang margasatwa,” kata anakku yang rajin menyebar ratusan paku tajam dari pulau-pulau terluar

Seperti sadrkah,mesakh dan abednego
dalam ancaman dapur api
maka perjalanan ini
harus terus dibangun dengan kesetiaan bertubi-tubi

Sampai tembus langit ketiga
sampai pintu kasihan ditutup kabut
turun ke dunia orang mati
ditimbun batu-batu roh

Jakarta, Senin 7 Agustus 2023

TELEPON BENCANA

Telepon bencana saya terima malam tadi usai kelelahan sterika listrik sampai halus berita-berita korupsi dan lagu partai politik baru dengan janji seperti suara anjing rabies yang sedang viral di media sosial

Telepon bencana lalu berpesan untuk segera berangkat tepat pukul sepuluh malam naik transportasi kereta api cepat massal untuk menuju ke sebuah pegunungan es yang sedang pameran proyek konstruksi dengan meminjam dana talangan dari bank-bank di luar angkasa alam semesta

Telepon bencana membuat saya marah, kesal dan nyaris bipolar karena esok hari saya harus mendendangkan lagu puisi sejarah masa lalu di sebuah gedung kesenian rakyat yang dibangun dengan setengah tubuh cacat dan nyaris lumpuh

Telepon bencana pada akhirnya harus saya tutup dengan sel-sel otak besar dan kecil pecah berhamburan di dinding rumah dengan tiga musibah tertulis dalam puisi tempohari

Telepon bencana tetap saja membuat saya bisa nyenyak tidur walaupun rekening bank telah diblokir dan angka statistik jumlah kemiskinan serta pengangguran di negeri ini terus terbang ke cakrawala sampai mencapai angka seribuan warga negara yang pindah kewarganegaraan
bagi kemiskinan dengan cuaca yang makin ekstrim

Jakarta, Selasa 11 Juli 2023

PERJALANAN PENYAIR

Perjalanan penyair
ternyata tak kunjung selesai
ribuan kilometer sudah ditempuh
menembus ruang dan waktu
nyaris berbatu-batu

Kadang tanpa nyala api
dan tanpa tiang matahari
mengangkut sekeranjang persungutan abadi
disantap buah kelaparan
disebar di tikungan jalan sangat tajam

Perjalanan penyair
sering dipermalukan
berulang-ulang jatuh
minta sesuap makan ikan
dengan saudara tak kembar
seperti peristiwa tadi malam
seekor bulan purnama bertanya lagi
bagaimana mengeja masa depan
ada menjelma roh ketakutan
entah sampai kapan
semua berakhir di kuburan

Jakarta, Selasa, 18 Juli 2023

UTANG DALAM RAHIM IBU

Utang dalam rahim ibu
lahirkan bayi-bayi kembar
kurang gizi dan nutrisi

Padahal harus ditebus
dengan angka lima digit
bila dikalkulasi menjadi
ribuan triliun rupiah

Terkurung dalam sangkar besi
maka terlihatlah dari sini
wajah pucat pasi
menunggu kepastian
pelunasan bunga berduri
sampai dinihari tadi

Para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,
janin bayi harus segera ditanam lagi

Haramkan perkawinan dini
karena harus bertempur
di sumur-sumur subur
bangsa tirai bambu ikut menabur

Koruptor dan pengali
tanah kubur
membanting harga sandang dan pangan
saling berkejaran di bursa saham

Orang-orang pinggiran
mati menggelepar
ditusuk pisau kelaparan

aneh,
sajakku ikut terkapar !

Jakarta, Kamis 6 Juli 2023

PENYAIR BERMATA BATU

Penyair bermata batu
memasuki usia suntuk
seharian menyalin meditasi
agar ada sajak-sajak suci
mengalir dari mataair sungai kehidupan anak domba yang disembelih

Tanpa tulisan dan suara sunyi terus berbisik
berguguran tubuh matahari
supaya jangan ada lagi amarah meledak
yang bau busuknya
menyusup dalam perutmu yang kian mengecil
tetapi aku suka berkelamin

Penyair bermata batu
ikut kecewa
bahkan anaknya yang senang berhala
tak lagi pandai berucap sedap
ia terjebak di pulau-pulau terluar
sambil terus berdansa
menghisap tidurnya
yang bermalam di padang kelam

Penyair bermata batu lalu melarikan sajaknya ke gedung kesenian rakyat
di sini ia bertemu para pujangga yang punya lidah
tajam
seperti pisau cukur tua
mereka lalu bertukar wajah
dengan presiden penyair
tak lagi mabuk anggur
yang dipetik dari ribuan bintang sampai langit ketiga

Aku sendiri mau menyendiri
tak sanggup menatap penyair bermata batu
keluh kesahnya semakin terluka memerah
dalam sajaknya yang kelaparan ini

Jakarta, Selasa, 27 Juni 2023

Pulo Lasman Simanjuntak

Kontak Person : 08561827332 (WA).
Email : pulo_lasman@yahoo.com